Langsung ke konten utama

The Islands Of Indonesia



The islands of the Indonesian archipelago are strung like beads across the equator. Clear blue seas lap pristine beaches, gentle breezes carry scents of spices and flowers, and divers are entranced by the ocean’s riches. Inland, dramatic volcanic ranges tower above a green mantle of terraced hillsides and lush rainforest.

Bali offers an image of paradise: stunning scenery, gentle sarong-clad people and sunsets of legendary glory. On peaceful Lombok, life moves at a slower pace, while bustling Jakarta exhibits Indonesia’s cosmopolitan, modern face. Komodo Island’s ‘living dinosaurs’ and the entrancing ‘sea gardens’ of Suwalesi invite exploration, as do Borobudur’s architectural treasures, which include 5km (3 miles) of Buddhist relief carvings. Adventure-seekers head for Kalimantan’s remote jungle interior or explore Sumatra, with its teeming wildlife and wealth of tribal groups.

Yet these fabled isles of sunshine and spices have long been stalked by security issues, fired up by governmental corruption. The powerful Indonesian Communist Party (PKI) almost won a coup in 1965, but was defeated by an army led by General Suharto, wielding Western support. Between 400,000 and 1 million were massacred by that army in the aftermath of the coup. Sukarno, politically crippled, was replaced by Suharto, who remained president until his (forced) resignation in May 1998. Under the Suharto government, the army always held ultimate political power while a technocrat class was left to run the country day-to-day.

Since then, militant Islam has been threatening to tear the archipelago apart. Examples of inter-fighting include the Moluccan Islands, one of the few parts of Indonesia with a majority Christian population: since the beginning of 1999, they have been engaged in an increasingly violent struggle with Muslim militants that has claimed thousands of lives. Suicide bombing has occurred in Bali, most recently on 1 October 2005, and there remains a high threat from terrorism in Indonesia. The cataclysmic tsunami that occurred on 26 December 2004 further hampered Indonesia’s economic and touristic progress.

However, from such a devastating tsunami also came a much-needed glimmer of hope: a peace agreement with separatist rebels was reached just as 2006 dawned, resulting in the withdrawal of state security forces from the Aceh province. In return, Free Aceh Movement rebels began disarmament and vowed to abolish their armed wing. Such withdrawal effectively ended a 29-year conflict that had claimed thousands upon thousands of lives.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alpukat Merapi, alpukat mentega asli Merapi

Alpukat Merapi, alpukat mentega asli dari lereng gunung Merapi

Alpukat Merapi, Hasilnya tidak bikin rugi

Alpukat Merapi bukanlah jenis alpukat varietas baru, tapi merupakan tanaman alpukat yang banyak dibudidyakan oleh masyarakat diwilayah sekitar lereng gunung Merapi Jawa Tengah. Tanaman alpukat Merapi ini tersebar di beberapa kecamatan dan kabupaten yang berada di lereng gunug Merapi. Penghasil utama terutama di kabupaten Klaten dan Boyolali. Beberapa kecamatan di Boyolali yang membudidyakan alpukat adalah kecamatan Mojosongo, Musuk, Tamansari, hingga Cepogo. Sedang kecamatan penghasil alpukat di kabupaten Klaten adalah kecamatan Kemalang, Karangnongko, Jatinom dan Tulung. Kecamatan-kecamatan di Boyolali dan Klaten tersebut juga penghasil durian yang cukup terkenal. Tanaman yang aslinya berasal dari Amerika Tengah ini memang sangat cocok tumbuh di lereng gunung Merapi yang memiliki ketinggian antara 500-1000 mdpl. Tanaman alpukat ini mampu tumbuh tinggi hingga mencapai 20 meter. Budidaya tanaman alpukat sangat mudah untuk dilakukan karena tidak memerlukan perawatan dengan biaya ...

7 varietas alpukat di Indonesia

Berbagai tipe alpukat telah menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia. Penyebaran itu termasuk keturunannya, baik keturunan dari hasil persarian sendiri maupun persarian silang alamiah antar tiga kelompok.  Sampai tahun 2003 telah dilepas 7 varietas alpukat, sebagai berikut : 1. Alpukat Ijo Bundar Alpukat ini berasal dari kebun Koleksi Tlekung, Batu, Malang. Varietas ini berbuah terus menerus, tergantung lokasi dan kesuburan tanah. Selain itu gugur buah sedikit.  Berat buah mencapai 300-400 g/buah, diameternya 7,5 cm dengan panjang buah 9 cm. Permukaan kulit buah licin, berbintik kuning dengan tebal 1 mm. Bentuk buah lonjong atau oblong, berujung bulat dan pangkal buah tumpul. Buah muda kulitnya hijau muda yang berangsur tua saat matang. Daging buah tebal, berwarna kuning hijau, citarasa enak, gurih, dan kering. Bentuk biji jorong dengan ukuran 4 cm  x 5,5 cm. Dilepas pada tahun 1987 oleh Mentan dengan SK No. 15/Kpts/TP.240/I/1987. 2. Alpukat Ijo Panjang Variet...